Luis Enrique dan Misi Ajaib Bawa PSG Juara Liga Champions

Luis Enrique PSG juara Liga Champions — sebuah kalimat yang beberapa tahun lalu terdengar seperti khayalan, kini menjadi kenyataan yang luar biasa. Dalam kurun 26 bulan sejak menolak melatih klub “superstar” seperti PSG, Luis Enrique justru menulis sejarah emas di Paris.

📌 Baca juga: Juventus Bungkam Venezia, Kunci Tiket Liga Champions

Dari Penolakan hingga Pelukan Trofi

Saat pertama kali ditawari melatih PSG, Luis Enrique menolak mentah-mentah. Ia tidak suka dengan budaya bintang besar, tidak bisa bahasa Prancis, dan merasa klub terlalu dikendalikan ego. Namun semuanya berubah ketika Luis Campos, Direktur Olahraga PSG, datang langsung ke rumahnya di Catalonia dan menawarkan proyek penuh kepercayaan dan kontrol mutlak.

“Kami akan mendukungmu sepenuhnya. Mulai dari skuad, latihan, hingga rekrutmen,” janji Campos pada sang pelatih.

Tanpa Mbappé, Tapi Penuh Karakter

PSG justru menjuarai Liga Champions tanpa Kylian Mbappé. Neymar dan Messi sudah lebih dulu pergi, sementara Marco Verratti juga dilepas. Yang tersisa? Visi total Luis Enrique, pemain muda seperti João Neves dan Désiré Doué, serta keberanian menaruh Ousmane Dembélé sebagai penyerang tengah.

📌 Baca juga: Ranking tim treble Eropa: PSG sejajar dengan Barcelona dan Man City

Dari Derita Jadi Motivasi

Tragedi pribadi juga membentuk karakter Enrique. Putrinya, Xana, meninggal karena kanker pada 2019. Asisten setianya, Rafel Pol, kehilangan istri karena penyakit serupa di musim pertama mereka di PSG. Teman lamanya, Juan Carlos Unzue, kini menderita ALS.

“Karena pengalaman traumatis, saya tidak mau menunda apa pun. Saya ingin melakukan hal penting sekarang, bukan nanti,” kata Enrique.

PSG Akhirnya Dihormati Dunia

Final Liga Champions 2025 menjadi klimaks dari transformasi ini. PSG bukan hanya menang—mereka menghancurkan Inter Milan 5-0. Pressing ketat, rotasi posisi, intensitas tinggi dari menit pertama hingga akhir — semua ciri khas Luis Enrique PSG juara Liga Champions.

“Paris dulu dikenal karena arsitektur dan budaya. Sekarang, sepak bolanya juga disegani,” tulis Graham Hunter dalam kolomnya.

PSG kini bukan lagi bahan lelucon Eropa. Mereka adalah juara yang sah, dan semua berkat keberanian pelatih yang berani berkata “tidak” — lalu menciptakan keajaiban saat berkata “ya”.

📌 Baca juga: PSG Gagal Pertahankan Rekor Tak Terkalahkan


Sumber:

    Read Previous

    Klub dengan Jumlah Gol Terbanyak Liga 1 2024/2025: Dewa United Paling Produktif

    Read Next

    Ranking FIFA Timnas Indonesia Naik Jelang Lawan China, Ini Penyebabnya

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Most Popular

    close
    Banner iklan disini