dvn 
Manchester City selama ini dikenal sebagai klub kaya raya dengan kebiasaan membeli pemain bintang dari seluruh dunia. Sejak diambil alih Sheikh Mansour pada tahun 2008, City menjelma menjadi kekuatan utama di Premier League dan Eropa. Namun, di balik kekuatan finansial yang besar, klub ini juga mengembangkan strategi jangka panjang melalui penguatan akademi.
BACA JUGA :
City 3-4 Al-Hilal: Manchester City Tersingkir dari Piala Dunia Antarklub 2025
Pada 2014, Manchester City meresmikan City Football Academy (CFA), fasilitas pelatihan modern yang menelan biaya £200 juta. Kompleks ini dibangun dengan tujuan melahirkan generasi baru pesepak bola, bukan hanya mendukung tim utama. Terdapat 16 lapangan, fasilitas kebugaran, pusat hidroterapi, dan stadion khusus untuk tim muda serta wanita.
Phil Foden adalah contoh nyata keberhasilan akademi ini. Ia berkembang dari tim muda dan kini menjadi bintang utama di bawah Pep Guardiola. Bek muda Rico Lewis juga menyusul jejak tersebut, bahkan sudah memperpanjang kontraknya hingga 2028.
Meski tidak semua pemain muda bisa menembus tim utama, City tetap tidak membiarkan mereka terbuang sia-sia. Banyak lulusan akademi yang bersinar di klub lain, seperti Jeremie Frimpong dan Jamie Bynoe-Gittens. Keduanya kini diminati klub-klub besar Eropa.
Akademi ini bukan hanya mencetak pemain, tapi juga menjadi mesin uang tersembunyi. Sejak 2017, City mengumpulkan lebih dari £260 juta dari penjualan pemain akademi. Tahun 2024 saja menyumbang £156 juta. Nama-nama seperti Cole Palmer dan Jadon Sancho menjadi sumber pemasukan besar. Ini membuat City tetap patuh pada aturan Financial Fair Play sambil terus berkembang.
