Kronologi Timnas Indonesia Dihukum Berat FIFA Usai Laga Kontra Bahrain

imnas Indonesia saat tampil di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia

Timnas Indonesia mendapat sanksi berat dari FIFA setelah laga melawan Bahrain dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia pada 25 Maret 2025. Hukuman ini menjadi pukulan telak bagi sepak bola nasional, terutama karena melibatkan tindakan diskriminatif dari suporter.

📌 Baca juga: Timnas Malaysia Tolak Tawaran Main Lawan Timnas Indonesia pada September 2025?


Akar Masalah dari Timnas Indonesia dihukum FIFA: Diskriminasi Suporter di Laga Kontra Bahrain

FIFA menjatuhkan hukuman berdasarkan pelanggaran terhadap pasal 15 dari FDD 2338 yang berkaitan dengan tindakan diskriminasi. Dalam laporan resmi FIFA, disebutkan bahwa sekitar 200 suporter Indonesia melakukan aksi diskriminatif pada menit ke-80 pertandingan tersebut.

Menurut anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga, aksi tersebut terjadi di tribun utara dan selatan, tepatnya di sektor 19 Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). FIFA memantau kejadian ini melalui sistem monitoring mereka dan memiliki bukti kuat atas insiden yang terjadi.

“FIFA menyatakan bahwa suporter paling aktif berada di tribun utara dan selatan. Peristiwa terjadi di sektor 19 dan melibatkan sekitar 200 suporter,” jelas Arya.


Dampak Langsung Timnas Indonesia dihukum FIFA: Denda dan Pengurangan Kapasitas GBK

Sebagai konsekuensi dari pelanggaran tersebut, PSSI dijatuhi denda sebesar Rp400 juta dan harus mengosongkan 15 persen kapasitas stadion pada laga kandang berikutnya melawan China. Dalam laga melawan Bahrain, sebanyak 69.000 penonton hadir. Dengan pengurangan ini, hanya sekitar 58.000 kursi yang dapat dijual untuk pertandingan selanjutnya.

“PSSI diperintahkan FIFA memainkan pertandingan berikutnya dengan kapasitas terbatas. Sekitar 15 persen kursi, khususnya di tribun belakang gawang, harus ditutup,” tambah Arya.

📌 Baca juga: Timnas Indonesia Disanksi FIFA, Ini Syarat agar GBK Tetap Penuh Saat Lawan China


Opsi Keringanan: Kampanye Anti-Diskriminasi

Namun demikian, FIFA masih memberi ruang keringanan. Kapasitas stadion bisa tetap penuh jika 15 persen kursi yang sebelumnya harus dikosongkan diberikan kepada komunitas anti-diskriminasi. Penonton dari kalangan keluarga, pelajar, dan perempuan juga diperbolehkan, asalkan membawa atribut kampanye anti-diskriminasi.

PSSI juga diminta membuat rencana komprehensif terkait edukasi publik agar kejadian serupa tak terulang. FIFA menekankan pentingnya prinsip kesetaraan, kemanusiaan, dan penghormatan dalam sepak bola.

“Ini merugikan kita semua. PSSI akan lakukan edukasi dan literasi kepada suporter untuk mencegah diskriminasi di masa depan,” ujar Arya menutup pernyataannya.


Sumber:

    Read Previous

    Timnas Indonesia Disanksi FIFA, Ini Syarat agar GBK Tetap Penuh Saat Lawan China

    Read Next

    5 Klub yang Berpotensi Terdegradasi dari Liga 1 Seperti PSIS Semarang

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Most Popular

    close
    Banner iklan disini